Kamis, 15 Juli 2010

JFF SMA Negeri 1 Sigaluh Baru Sebulan Berdiri, 3 Film Pun Jadi


Ekstrakurikuler (Ekskul) Jurnalistik Film Fotografi (JFF) SMA Negeri 1 Sigaluh merupakan Ekskul yang terhitung baru. Tepatnya berdiri 01 April 2010 yang lalu. Namun untuk urusan produktifitas berkarya, jangan diragukan. Dalam waktu satu bulan, ekskul JFF telah mampu memproduksi sebanyak 3 buah film pendek. Bukan tanpa alasan sebenarnya 3 film tersebut dibuat dengan cara kilat, mengingat ketiganya dipersiapkan untuk mengikuti ajang festival film yang pada awal bulan Mei dan Juni merupakan deadline pengumpulan.
Meski dibuat dengan cara kilat, namun bukan berarti kualitas film menjadi rendah. Hal itu mengingat sesungguhnya proses persiapan pembuatan film dalam bentuk skrip skenario dan juga riset objek lokasi sudah berlangsung sejak awal Februari. Terlebih, dibawah bimbingan dari guru yang pernah berpengalaman membimbing anak-anak SMP Nasima Semarang menjadi finalis nasional Panasonic Kid Witnes News (KWN) 2009, membuat proses pembuatan 3 film tersebut semakin mudah.
Sebagai ajang uji coba pertama, film berjudul ”Beternak Babi di Kampung Santri” telah diikutkan dalam Festival Film Purbalingga 2010. Film besutan sutradara Derra Hengky Pramana, siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Sigaluh ini mengambil setting Dusun Brayut, Desa Gembongan, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara. Kemenarikan film ini yang sangat tepat dengan tema festival film, yaitu menyorot tentang seorang perempuan peternak babi di lingkungan yang ada pesantrennya. Didalamnya memang tidak terdapat konflik terbuka, hanya saja hati orang siapa yang tahu?” begitu kata Ibu Suwarno, sang pemilik peternakan babi yang sekaligus menjadi objek utama film dokumenter tersebut, mengomentari keberadaan peternakan babinya.
Film kedua berjudul ”Mengintip Jejak Peninggalan Kerajaan Islam di Banjarnegara”, dan ”Sabrina Pembatik Cilik”. Kedua film ini telah diputar dan dilombakan dalam Festival Film Purbalingga 2010 dan Festival Film Pelajar Indonesia 2010 yang diselenggarakan oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada akhir Juni. Kedua film tersebut mengisahkan tentang keunikan sejarah dan budaya Desa Gumelem yang sekarang dijadikan desa wisata di Kabupaten Banjarnegara. Desa Gumelem pada masa lampau merupakan sebuah tanah perdikan dari kerajaan Mataram Islam, sehingga tidak aneh jika di Desa Gumelem saat ini masih ditemukan masjid kuno yang berdiri pada tahun 1600-an, dan juga tradisi membatik yang hingga kini tetap lestari. Kedua hal itulah yang dibidik oleh kamera anak-anak JFF menjadi dua buah film dokumenter yang apik. Film ”Sabrina Pembatik Cilik” bahkan telah berhasil masuk menjadi nominasi lima besar film terbaik Festival Film Purbalingga, dan bahkan menjadi film kedua terfavorit pilihan penonton dalam festival yang berlangsung 26 hingga 29 Mei lalu.
Pesan yang ingin disampaikan dalam kedua film tersebut, selain mencoba mengangkat budaya dan sejarah Desa Gumelem, juga untuk menggugah kesadaran para pemangku kebijakan (stake holder) untuk berbuat sesuatu. Hal ini mengingat dalam film ”Sabrina Pembatik Cilik”, tokoh Sabrina yang berprestasi dalam seni batik dan berusaha melestarikan tradisi, namun justru terancam putus sekolah mengingat tidak mempunyai biaya, dan penghasilan dari membatik tidak seberapa.
Nah, ternyata umur sejagung tidak lantas menjadi alasan bagi Ekskul JFF SMA Negeri 1 Sigaluh untuk miskin karya. Justru dengan semangat yang masih membara, Ekskul JFF ingin unjuk gigi dan membuktikan diri bahwa yang muda bisa produktif berkarya. Semoga semangat ini tidak hanya anget-anget tahi ayam, namun akan semakin berkobar dan semakin banyak meraih prestasi dikemudian hari.

HENI PURWONO, S.Pd.
Mahasiswa Pascasarjana Magister Ilmu Sejarah Undip
Guru IPS Sejarah SMA Negeri 1 Banjarnegara
Pembina Ekskul JFF SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar